Mutasi | Jorge Luis Borges

Posted on August 2, 2010

0


Di sebuah gang sebuah tanda sebatang anak panah mengarah ke jalan itu, dan aku terantuk oleh pikiran bahwa simbol tak mengganggu itu pernah merupakan sebuah benda dari besi, tak dapat ditawar-tawar, proyektil mati yang menembus daging manusia dan singa serta mengawani matahari Thermopylae dan diwariskan kebentara Sigurdson, sepanjang waktu, enam kaki dari bumi Inggris.

Beberapa hari kemudian, seseorang menunjukiku sebuah foto, seorang penunggang kuda Magyar, segulungan tali menggantung pada punggung kudanya. Aku mempelajari bahwa tali tersebut, yang suatu kali pernah melayang di udara dan menjerat sapi-sapi jantan di padang rumput, sekarang hanya hiasan biadab pada taji penunggang kuda di hari Minggu.

Di pemakaman di Westside aku melihat salib kuno yang terukir pada marmer merah, cabang-cabang salib tersebut merenggang dan melebar ke ujung-ujung dan dilingkupi oleh sebuah lingkaran. Salib terbatas dan membatasi merupakan satu sosok salib dengan cabang-cabang tak terbatas yang pada gilirannya merupakan simbol tiang gantungan tempat sesosok dewa disiksa – “mesin keji” yang dikutuk oleh Lucien dari Samosata.

Salib, tali, dan anak panah: peralatan-peralatan kemanusiaan Yang kuno, kini telah menurun atau menaik, untuk menjadi simbol. Aku tidak mengetahui mengapa aku mengagumi mereka, ketika tak ada apa-apa di dunia yang kelalaiannya tak menyurut, ingatan berubah, dan ketika tak seorangpun mengetahui jenis citra masa depan yang mungkin akan menerjemahkannya.

***
Diterjemahkan oleh Ahmad Muhaimin dari Mutation karya Jorge Luis Borges. Cerita ini terdapat pada The Aleph. Jorge Luis Borges. Penguin Books. London. 1998.